Catatan Harian si Idiot #2 : Ironi Sebuah Gudang Ilmu
Pagi ini aku telah bersiap dengan kemeja putih dan dasi abu-abuku
Pakaianku telah bersih dan rapi , rambutku telah wangi dengan klimis nya
Aku ambil Tas ranselku , tak lupa aku ambil buku-buku yang telah aku siapkan
Seperti biasa aku akan menuju ke tempat yang katanya adalah 'Gudang ilmu '
--
Aku beradu dengan kepulan asap dan bau rokok di dalam bus kota
Kubasuh keringat kecilku yang tak tahan dengan 'pengapnya' udara
Aku rela berhimpit dengan pedangan asongan demi menuju sebuah tempat
Sebuah tempat yang katanya adalah 'Gudang ilmu '
--
Kini aku telah tiba di depan tempat itu
Kurapikan sedikit pakaianku yang sedikit kotor karena 'perjalanan' tadi
Rambutku tak sewangi tadi , dasiku tak selicin pagi tadi , tapi
Semangatku masih 'membara' untuk meraih ribuan ilmu yang 'katanya' ada di tempat ini
--
Kini aku telah duduk dibangku paling depan , kusiapkan beberapa buku kecilku di meja
Ejekan kecil dari temanku tentang manusia 'kuno' ditengah dunia 'modern' tak kuindahkan
Beberapa menit telah berlalu , tapi Guruku tak kunjung datang dan yang ada hanya pemberitahuan tidak ada nya pelajaran hari ini
Teman-temanku bersorak gembira , tapi tidak denganku yang merasa hari ini telah berakhir sia-sia
--
Keesokan harinya aku telah kembali duduk dibangku paling depan
Masih dengan keringat kecilku hasil perjuangan menuju tempat ini
Sang Guru telah ada didepanku kini , beliau mengucapkan salam kepada kami
Sang Guru memerintahkan kami untuk membuka buku literatur yang ada , menyuruh kami untuk membacanya , menyuruh kami untuk menghafalnya sebagai bahan ujian nanti
Sang Guru lalu menuliskan apa yang telah ada dibuku itu ke papan tulis , beliau menuliskan sama persis seperti apa yang sudah ada dibuku itu , yang juga telah aku baca semalam .
Kembali sang Guru memerintahkan kami untuk mengerti , menghafal , dan mencatatnya dibuku kami , setelah itu Beliau mengakhiri pelajaran itu tanpa menjelaskan mengapa kita harus mengerti , mengapa kita harus menghafalnya dan mengapa kita harus mencatatnya .
Aku pun pulang dengan kebingungan yang belum terpecahkan
--
Keesokan harinya aku kembali duduk dibangku paling depan
Masih dengan semangat membara dan keringat kecil
Kini sang Guru menuliskan '1+1=2' tanpa menjelaskan mengapa bisa '1+1=2' ,
Lalu aku mencoba bertanya kepada beliau mengapa '1+1=2 ? ' tapi beliau tidak menjawabnya , beliau malah 'membungkam' mulutku dengan kata-kata "Percayalah saja karena ini yang benar dan telah dipakai diseluruh dunia" . Satu jawaban yang belum bisa menjawab pertanyaan dasar ku
--
Hari-hari berganti dan masih tetap dengan hal-hal yang belum aku mengerti
Sang Guru mengajarkan cara berdoa yang baik , tanpa menjelaskan mengapa kita harus berdoa
Sang Guru mengajarkan cara agar kita masuk surga , tanpa menjelaskan mengapa kita harus masuk surga
Sang Guru mengajarkan cara berbudaya yang baik , tanpa menjelaskan mengapa kita harus berbudaya , dan darimanakah asal budaya dan untuk apakah kita berbudaya
Sang Guru mengajarkan Matematika , Fisika, Kimia , Akuntansi , Geografi , Sejarah tanpa menjelaskan mengapa kita harus mempelajari mereka , apa manfaat mempelajari mereka dan mengapa jam pelajaran Fisika lebih lama dibanding jam pelajaran kesenian atau olahraga
Pernah aku bertanya tentang semua hal diatas , tapi lagi-lagi sang Guru 'membungkam' mulutku dengan jawaban , "sudahlah , kamu kami persiapkan supaya menjadi orang pintar, percayalah kami tidak akan menyesatkan ,dan supaya ujian mu lulus maka belajarlah dengan giat supaya segera mendapat ijazah. "
Jawaban yang lagi-lagi membuatku tidak puas dan bertanya-tanya , 'apakah kita ke tempat yang katanya 'Gudang ilmu' ini supaya mendapat selembar ijazah ?'
--
Suatu hari saya bertanya kepada sang Guru ,
"Bu mengapa kita harus mempelajari Akuntansi ?"
lalu Beliau menjawab ,
" Ya supaya kamu bisa pembukuan nanti ketika kamu bekerja di perusahaan atau di bank atau tempat-tempat lain "
lalu saya kembali bertanya kepada Beliau ,
" ooh , berarti kita kesini untuk mempersiapkan diri dalam dunia kerja ? bukan untuk mencari ilmu ?"
Beliau menjawab ,
" Ya tentu saja mencari ilmu juga , ketika kamu sudah mendapat ilmu kamu akan pintar, lalu lulus darisini dan mendapat ijazah .Ijazah itulah yang nanti kamu butuhkan dalam mencari kerja ."
" oh , kalau ketempat ini pengaplikasiannya untuk bekerja , berarti saya tidak perlu mempelajari akuntansi , matematika atau fisika jika saya ingin menjadi seorang Musisi , atau saya ingin menjadi seorang pemain Sepak bola . Lantas mengapa ditempat ini tidak ada pelajaran bermain musik secara profesional atau berlatih sepak bola secara profesional ? " kembali saya bertanya dengan penuh rasa penasaran , lalu sang Guru menjawab dengan sangat santai ,
" kenapa kamu harus menjadi musisi atau pemain sepakbola ? gajinya kecil sementara harga-harga kebutuhan terus meningkat , bisa kamu membiayai dirimu sendiri dan keluargamu nanti ? Musisi-musisi besar seperti Chrisye , Michael jackson atau pemain sepak bola seperti Lionel Messi itu mendapat berkah dari Tuhan sehingga Mereka bisa sukses dan mendapat gaji yang besar ,kamu kan belum tentu bisa seperti mereka . "
Lalu kembali aku menjawab dan bertanya ,
" oh tentu saja Bu saya tidak bisa seperti mereka karena saya dipersiapkan di tempat ini untuk menjadi Direktur bank , manajer perusahan , dokter dan lain-lain,bukan menjadi Chrisye ,michael jackson ataupun Lionel Messi . Lantas , apakah dengan saya mempelajari Matematika , Akuntansi ,Ekonomi, Fisika itu akan menjamin saya menjadi orang yang sukses dengan gaji yang besar ? "
Sang Guru itu pun tidak bisa menjawab lagi , setelah itu Beliau meninggalkan saya yang sedang terdiam terpaku tanpa sebuah jawaban atas pertanyaan yang masih 'menggumpal' diotak ini .
--
Jam berdentang menandakan keharusanku untuk bangun dari indahnya mimpi semalam
Bergegas aku mandi , memebersihkan tubuhku dan mempersiapkan diriku untuk menyambut 'keberhasilan'
Aku memakai jas hitam dan sepatu pantofel yang telah aku hitamkan dengan mengkilat
Berangkatlah daku menuju ke tempat 'keberhasilanku'
--
Dengan wajah berseri-seri sang Guru memeberi ucapan selamat kepadaku dan kepada teman-temanku
Ucapan selamat yang menandakan sebuah 'keberhasilan'
'Keberhasilan' mendapatkan selembar kertas yang bertuliskan Ijazah
Selembar kertas yang katanya akan mendatangkan 'kesuksesan' di masa depan
Selembar kertas yang menjadi bukti sebuah Ironi
Ironi sebuah tempat yang bernama 'Gudang Ilmu'
-----------------
Berdasar pandangan dan pengalaman seorang Sandipralistya
Pakaianku telah bersih dan rapi , rambutku telah wangi dengan klimis nya
Aku ambil Tas ranselku , tak lupa aku ambil buku-buku yang telah aku siapkan
Seperti biasa aku akan menuju ke tempat yang katanya adalah 'Gudang ilmu '
--
Aku beradu dengan kepulan asap dan bau rokok di dalam bus kota
Kubasuh keringat kecilku yang tak tahan dengan 'pengapnya' udara
Aku rela berhimpit dengan pedangan asongan demi menuju sebuah tempat
Sebuah tempat yang katanya adalah 'Gudang ilmu '
--
Kini aku telah tiba di depan tempat itu
Kurapikan sedikit pakaianku yang sedikit kotor karena 'perjalanan' tadi
Rambutku tak sewangi tadi , dasiku tak selicin pagi tadi , tapi
Semangatku masih 'membara' untuk meraih ribuan ilmu yang 'katanya' ada di tempat ini
--
Kini aku telah duduk dibangku paling depan , kusiapkan beberapa buku kecilku di meja
Ejekan kecil dari temanku tentang manusia 'kuno' ditengah dunia 'modern' tak kuindahkan
Beberapa menit telah berlalu , tapi Guruku tak kunjung datang dan yang ada hanya pemberitahuan tidak ada nya pelajaran hari ini
Teman-temanku bersorak gembira , tapi tidak denganku yang merasa hari ini telah berakhir sia-sia
--
Keesokan harinya aku telah kembali duduk dibangku paling depan
Masih dengan keringat kecilku hasil perjuangan menuju tempat ini
Sang Guru telah ada didepanku kini , beliau mengucapkan salam kepada kami
Sang Guru memerintahkan kami untuk membuka buku literatur yang ada , menyuruh kami untuk membacanya , menyuruh kami untuk menghafalnya sebagai bahan ujian nanti
Sang Guru lalu menuliskan apa yang telah ada dibuku itu ke papan tulis , beliau menuliskan sama persis seperti apa yang sudah ada dibuku itu , yang juga telah aku baca semalam .
Kembali sang Guru memerintahkan kami untuk mengerti , menghafal , dan mencatatnya dibuku kami , setelah itu Beliau mengakhiri pelajaran itu tanpa menjelaskan mengapa kita harus mengerti , mengapa kita harus menghafalnya dan mengapa kita harus mencatatnya .
Aku pun pulang dengan kebingungan yang belum terpecahkan
--
Keesokan harinya aku kembali duduk dibangku paling depan
Masih dengan semangat membara dan keringat kecil
Kini sang Guru menuliskan '1+1=2' tanpa menjelaskan mengapa bisa '1+1=2' ,
Lalu aku mencoba bertanya kepada beliau mengapa '1+1=2 ? ' tapi beliau tidak menjawabnya , beliau malah 'membungkam' mulutku dengan kata-kata "Percayalah saja karena ini yang benar dan telah dipakai diseluruh dunia" . Satu jawaban yang belum bisa menjawab pertanyaan dasar ku
--
Hari-hari berganti dan masih tetap dengan hal-hal yang belum aku mengerti
Sang Guru mengajarkan cara berdoa yang baik , tanpa menjelaskan mengapa kita harus berdoa
Sang Guru mengajarkan cara agar kita masuk surga , tanpa menjelaskan mengapa kita harus masuk surga
Sang Guru mengajarkan cara berbudaya yang baik , tanpa menjelaskan mengapa kita harus berbudaya , dan darimanakah asal budaya dan untuk apakah kita berbudaya
Sang Guru mengajarkan Matematika , Fisika, Kimia , Akuntansi , Geografi , Sejarah tanpa menjelaskan mengapa kita harus mempelajari mereka , apa manfaat mempelajari mereka dan mengapa jam pelajaran Fisika lebih lama dibanding jam pelajaran kesenian atau olahraga
Pernah aku bertanya tentang semua hal diatas , tapi lagi-lagi sang Guru 'membungkam' mulutku dengan jawaban , "sudahlah , kamu kami persiapkan supaya menjadi orang pintar, percayalah kami tidak akan menyesatkan ,dan supaya ujian mu lulus maka belajarlah dengan giat supaya segera mendapat ijazah. "
Jawaban yang lagi-lagi membuatku tidak puas dan bertanya-tanya , 'apakah kita ke tempat yang katanya 'Gudang ilmu' ini supaya mendapat selembar ijazah ?'
--
Suatu hari saya bertanya kepada sang Guru ,
"Bu mengapa kita harus mempelajari Akuntansi ?"
lalu Beliau menjawab ,
" Ya supaya kamu bisa pembukuan nanti ketika kamu bekerja di perusahaan atau di bank atau tempat-tempat lain "
lalu saya kembali bertanya kepada Beliau ,
" ooh , berarti kita kesini untuk mempersiapkan diri dalam dunia kerja ? bukan untuk mencari ilmu ?"
Beliau menjawab ,
" Ya tentu saja mencari ilmu juga , ketika kamu sudah mendapat ilmu kamu akan pintar, lalu lulus darisini dan mendapat ijazah .Ijazah itulah yang nanti kamu butuhkan dalam mencari kerja ."
" oh , kalau ketempat ini pengaplikasiannya untuk bekerja , berarti saya tidak perlu mempelajari akuntansi , matematika atau fisika jika saya ingin menjadi seorang Musisi , atau saya ingin menjadi seorang pemain Sepak bola . Lantas mengapa ditempat ini tidak ada pelajaran bermain musik secara profesional atau berlatih sepak bola secara profesional ? " kembali saya bertanya dengan penuh rasa penasaran , lalu sang Guru menjawab dengan sangat santai ,
" kenapa kamu harus menjadi musisi atau pemain sepakbola ? gajinya kecil sementara harga-harga kebutuhan terus meningkat , bisa kamu membiayai dirimu sendiri dan keluargamu nanti ? Musisi-musisi besar seperti Chrisye , Michael jackson atau pemain sepak bola seperti Lionel Messi itu mendapat berkah dari Tuhan sehingga Mereka bisa sukses dan mendapat gaji yang besar ,kamu kan belum tentu bisa seperti mereka . "
Lalu kembali aku menjawab dan bertanya ,
" oh tentu saja Bu saya tidak bisa seperti mereka karena saya dipersiapkan di tempat ini untuk menjadi Direktur bank , manajer perusahan , dokter dan lain-lain,bukan menjadi Chrisye ,michael jackson ataupun Lionel Messi . Lantas , apakah dengan saya mempelajari Matematika , Akuntansi ,Ekonomi, Fisika itu akan menjamin saya menjadi orang yang sukses dengan gaji yang besar ? "
Sang Guru itu pun tidak bisa menjawab lagi , setelah itu Beliau meninggalkan saya yang sedang terdiam terpaku tanpa sebuah jawaban atas pertanyaan yang masih 'menggumpal' diotak ini .
--
Jam berdentang menandakan keharusanku untuk bangun dari indahnya mimpi semalam
Bergegas aku mandi , memebersihkan tubuhku dan mempersiapkan diriku untuk menyambut 'keberhasilan'
Aku memakai jas hitam dan sepatu pantofel yang telah aku hitamkan dengan mengkilat
Berangkatlah daku menuju ke tempat 'keberhasilanku'
--
Dengan wajah berseri-seri sang Guru memeberi ucapan selamat kepadaku dan kepada teman-temanku
Ucapan selamat yang menandakan sebuah 'keberhasilan'
'Keberhasilan' mendapatkan selembar kertas yang bertuliskan Ijazah
Selembar kertas yang katanya akan mendatangkan 'kesuksesan' di masa depan
Selembar kertas yang menjadi bukti sebuah Ironi
Ironi sebuah tempat yang bernama 'Gudang Ilmu'
-----------------
Berdasar pandangan dan pengalaman seorang Sandipralistya
Komentar
Posting Komentar