Memiliki Anak seperti memiliki seekor Anak Anjing yang cerdas ( sebuah analogi sederhana tentang peran Orang Tua dalam proses perkembangan Anak)

Memiliki Anak bisa juga disamakan dengan meiliki anak Anjing yang cerdas . mengapa demikian ? Ya , karena kita bisa 'membuat' atau 'mengatur' nya sesusai dengan keinginan kita sebagai pemiliknya . kita bisa sesuka hati 'meletakkan' anak Anjing ini di 'jalur' yang sesuai seperti keinginan kita . Kita bisa dengan mudah membuatnya menjadi buas , jinak , pintar , malas dll ketika mereka Dewasa nanti . tentunya dengan proses yang sangat panjang .
Dan disinilah saya membuat Analogi sederhana ini  . Akan menjadi apa nantinya Anak Anjing kita setelah dewasa sangat dipengaruhi oleh faktor kita sendiri . Faktor itu adalah : ambisi , keinginan , ego dan emosi serta rasa memiliki.
kita mulai contoh pertama :

Saya memiliki Anak anjing cerdas dan saya akan menjadikan nya sebagai 'Manajer di sebuah perusahaan yang saya miliki sekarang dan suatu saat akan menggantikan saya sebagai pemilik '
Saya mulai mengajari Anak Anjing saya dengan hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan saya . tentang cara mengelola uang , cara mengatur manajemen dan hal-hal lainya .
Saya juga sering 'memasukkan' kata-kata dan harapan saya ketika saya berbicara dengan teman saya yang menanyakan 'akan menjadi apa Anak anjing ini ketika sudah dewasa'
" mau jadi apa nih anak anjingnya ketika dewasa ?"
lalu saya menjawab : " ya pasti jadi seperti saya " . itu saya lakukan berulang-ulang dengan tujun 'mendoktrin' Anak anjing saya tanpa pernah mendengar langsung dari mulutnya .
Tidak lupa saya ' merantai dan mengikatnya ' ketika saya tidak berada di dekatnya , dengan tujuan supaya anak anjing saya tersebut aman .
Saya sekarang berjalan bersama Anak Anjing saya yang cerdas di 'jalan' yang saya inginkan .
Saya memegang kepala anjing tersebut untuk menghantarkan nya menuju 'tujuan' seperti yang saya inginkan , sambil terus berkata : "menjadi sepertiku itu enak , gaji nya melimpah , dipandang orang lain dan tetangga itu enak , disegani banyak orang "
Ketika Anjing saya berjalan menuju jalan yang berbeda dari jalan yang saya tentukan tadi , saya mengangkat nya dan memarahi sambil berkata : "jangan lewat jalan itu , jalan nya rusak , mau jadi apa nanti kamu disana ?"
Hal itu saya lakukan berkali-kali ketika Anjing saya menyimpang dari jalan yang saya tentukan . Bahkan ketika Anjing saya menemukan jalan baru yang saya sendiri juga belum tahu ujungnya akan seperti apa , saya kembali memegang kepalanya dan mengangkatnya ke jalan yang sudah saya tentukan sambil berkata lagi : "disana gaji nya kecil , dipandang tetangga dan saudara-saudaramu nggak enak , mau ditaruh mana muka saya ?"
Tapi anehnya semakin erat saya memegang kepala Anjing saya , semakin kuat tenaga nya untuk melepaskan diri dari cengkraman saya , semakin kuat gigitannya menggigit telapak tangan saya . Semakin cepat pula dia berlari menghindar dari saya , berlari menuju jalan lain yang berbeda dari jalan yang saya tentukan di awal , membuat saya kesulitan untuk menangkap nya .
---------------------------------------------

Contoh 2 :
berbeda dari contoh 1 tadi , sekarang saya akan berjalan bersama anjing saya yang lain . saya sekarang mencoba tidak akan mendoktrin nya .
Saya tidak lagi memegang kepalanya , tapi saya akan coba mengikatkan seutas tali di ekornya .  saya melektakkan anjing saya di jalan yang lebar . saya berdiri di belakang anjing saya sambil memegang seutas tali yang saya kaitkan di ekornya . saya hanya diam dan menunggu akan kemana anjing saya ini .
ternyata Anjing saya memilih ke arah selatan , yang saya tahu di ujungnya adalah sebuah jurang yang sangat dalam . Tapi saya hanya diam , tidak berusaha untuk memberitahu nya . saya hanya mencoba untuk mengikutinya agar dia mengerti dengan mata kepalanya sendiri .
Dan Akhirnya anjing saya sampai di tepian jurang itu , dan kehilangan keseimbangan nya dan nyaris terjatuh . Tapi saya langsung menarik tali yang saya kaitkan di ekornya sambil berkata : " jangan kesana , jika kamu terjatuh ke jurang itu , kamu akan sulit untuk kembali keatas ."
Lalu Anjing saya kembali dan mulai mencari jalan lagi . saya hanya diam lagi sambil terus mengikutinya .
Anjing saya menemukan jalan baru yang saya sendiri belum tahu ada apa di ujung nya . tapi saya tetap mengikuti langkahnya . di tengah jalan saya bertemu teman-teman saya dan mereka mengatakan : "jangan kesana , mau jadi apa kamu jika kesana ?" tapi saya tidak berhenti , saya percaya kepada anjing saya ini .
semakin lama Anjing saya semakin sering 'berbicara dengan saya' , berbicara akan apa rencananya , keinginannya , dan saya hanya mendengar nya sambil terus mengikuti langkahnya .Ikatan ekornya juga semakin ringan daripada sebelumnya .
sekalipun jalan yang dilalui anjing saya membuat saya merasa tidak nyaman , tapi anjing saya tetap merasa nyaman maka saya akan terus mengikutinya .
-----------------------------------

Dari analogi diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa kekuatan sang pemilik sangat berperan terhadap perkembangan anjing itu . Hal sekecil apapun yang dilakukan sang pemilik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku anjing tersebut , karena Anjing tersebut memiliki kecerdasan dan otak yang terus berkembang .

Komentar

Postingan Populer