Ketika Sang 'Tuhan' menghentikan Cinta

Pria dan wanita itu sedang duduk di sebuah taman yang luas dan hijau .  mereka teramat mesra dengan tangan yang saling menggenggam . Sekilas 2 orang tersebut tampak seperti remaja biasa yang sedang dilanda api asmara yang menggelora .
sang pria bernama  Evan dan wanita nya bernama Vina  . tepat 1 bulan yang lalu , mereka merayakan hari jadi hubungan mereka yang ke-5 . ya , 5 tahun tepatnya mereka telah menjalin kisah asmara sejak usia evan 21 dan vina 20 tahun .kini usia mereka 26 tahun dan 25 tahun , terbersit di kepala Evan untuk segera menikahi wanita yang sangat Ia cintai nya tersebut . tetapi selalu saja ketika pikiran itu merasuk di kepalanya , Evan menjadi gundah dan cemas . ada sebuah ‘ketakutan’ yang teramat sangat ketika Ia berpikir untuk menikahi Vina . ‘Ketakutan’ itu telah ada sejak lama ,namun selalu Evan ‘kubur’ dalam-dalam di otaknya . ada sebuah pertanyaan yang selalu belum bisa ia jawab .
pertanyaan itu adalah bagaimana caranya untuk mewujudkan keinginnya menikahi sang belahan jiwanya . Dan ketakutan terbesarnya adalah bukan karena cinta atau materi atau hal lainnya yang berasal dari mereka berdua , tapi ketakutannya adalah tentang latar belakang keluarga dari kedua belah pihak . ya , keluarga Evan dan Vina memiliki 2 latar belakang yang berbeda , khususnya adalah masalah ideologi atau agama .
Evan dan keluarganya memiliki latar belakang agama Nasrani dan Vina beserta keluarganya memiliki latar belakang seorang muslim yang taat .  Hal ini sebenarmya telah dipikirkan oleh Evan dan Vina sejak awal mereka menjalin hubungan . tapi ketika hal ini coba mereka pecahkan , mereka selalu menemui jalan buntu , dan terus terulang selama 5 tahun ini . Pada awalnya Vina telah berusaha untuk mengakhiri hubungannya dengan Evan , namun lagi-lagi hatinya selalu menolak karena perasaan cintanya yang sangat dalam . Mereka berasa sangat bahagia ketika bersama , perasaan mereka begitu kuat satu sama lainnya , Vina terasa sangat nyaman dan damai ketika bersama kekasihnya itu .
Begitu hebat perjuangan mereka , 5 tahun yang mereka lalui dengan penuh  perjuangan  . ya ,  perjuangan untuk saling menutupi dari pertanyaan-pertanyaan keluarganya tentang latar belakang ideologi pasangan masing-masing , terasa sangat berat dan ‘menyiksa’ bagi mereka berdua .
Di taman itu mereka berdua saling berpegangan tangan , kepala Vina bersandar di pundak Evan dan tangan Evan memeluk Vina dari belakang . Mereka berdua mengeluarkan tawa-tawa kecil layaknya pasangan biasa yang sedang kasmaran , seperti sang bulan yang disinari oleh mentari . Bersama hembusan angin dan suara dedaunan , mereka bercanda dengan riangnya seolah tanpa adanya sebuah beban . tapi mereka Sadar , cepat atau lambat masa lajang mereka akan berkahir , cepat atau lambat mereka harus menceritakan ‘kebenaran’ yang sesungguhnya kepada keluarga mereka masing-masing.

Entah apa yang akan mereka lakukan Sekarang , saat desakan dari kedua belah pihak terus ‘menekan’ mereka berdua . Menekan agar secepatnya melepaskan masa Lajang  , dan untuk saling ‘membawa’ pasangan masing-masing kedepan keluarga mereka .
Vina terus ‘dihantui’ oleh pertanyaan itu setiap hari , berulang-ulang kali sehingga sangat menekannya . Ingin Rasanya dia menceritakan kebenaran yang sesungguhnya , tapi ketakutan nya juga timbul sekaligus . Vina hanya bisa menceritakannya kepada kekasihnya  tentang apa yang Ia Rasakan .


Hingga Suatu Hari dengan tekad nya  Vina mengutarakan yang sesungguhnya kepada orang tuanya . 
Minggu pagi itu Vina sedang bersama Mama nya di depan teras rumahnya sambil memandangi butiran kabut yang mulai memudar karena sinar matahari .
“ Ma , Aku kan sudah pacaran lama sama Evan “  . lalu Mamanya menjawab sambil mengambil secangkir teh hangat  “ Iya Vin , lantas kenapa kamu tidak mengenalkannya sama Mama dan Papa ?”
“sebenarnya ada yang membuatku tidak bisa mengenalkan Evan sama Mama” jawab Vina
“ Apa itu Vin ?” kata Mama nya lagi
“ ini terkait Latar belakangnya dan keluarga nya Ma .” Vina ada sedikit keraguan untuk melanjutkan kata-kata nya itu . Hatinya bimbang untuk terus melanjutkannya .
“ memang kenapa Vin sama keluarganya ?” masih sambil memegang cangkir teh nya .
Dan akhirnya dengan berat hati Vina tetap melanjutkan tekadnya 
“Evan dan keluarganya  bukan muslim Ma “
----------------------------------
Sejenak suasana hening , Aktifitas Mama VIna terhenti , Beliau menoleh kearah Vina sambil wajahnya terlihat kaget .
  Jadi selama ini kamu pacaran sama anak yang beda agama sama kamu ? dan kamu tidak cerita sama mama ?” mulai tampak amarah dari wajah Mama VIna .
“ Iya Ma , aku Cuma gak bisa cerita aja karena aku gak berani “ jawab Vina sambil menahan air matanya .
“ Gak Bisa Vina !! kamu ngerti kan disetiap doa dan harapan yang Mama panjatkan setiap hari , Mama selalu berdoa supaya kamu mendapatkan jodoh yang sholehah , yang rajin shalat , yang pintar mengaji supaya dia bisa jadi Imam di keluargamu nanti . Setiap Hari Mama pesan itu ke kamu , tapi kenapa kamu membohongi Mama ?! ”  Mama Vina berbicara lantang dengan penuh Amarah .
“ tapi Evan jauh lebih daripada sekedar seorang Imam Ma , Dia bener-bener yang bisa menegrti aku selama ini” Vina tidak dapat lagi membendung air matanya yang jatuh dengan derasnya .
“ Gak Bisa Vina !! pokoknya kamu tidak boleh sama Evan , kamu sudah 25 tahun sudah saatnya melepaskan masa lajang mu dengan laki-laki yang seiman yang bisa menjadi Imam keluarga kamu . sebelum saudara-saudara mu tau akan hal ini kamu harus  sudah tidak bersama Evan “ tambah Mama Vina .
Sambil menangis tersedu-sedu Vina masih memberanikan Diri untuk mengeluarkan Argumen
“ tapi bagaimana Ma kalau Evan mau menjadi seorang muslim ? , bagaimana kalau dia mau belajar untuk mendalami agama Islam ? kita juga sudah bertekad untuk toleransi dan memahami kepercayaan satu sama lain dan itu sudah kita lakukan selama 5 tahun ini “
kembali mamanya dengan masih tersisa Amarahnya menjawab
“ tidak bisa VIna . Mama tidak merestui nya . Seseorang Mualaf  karena ingin menikahi pasti akan kembali kepada kepercayaan lamanya ,apalagi latar belakang keluarganya yang berbeda dari kita . Dia menjadi Mualaf bukan keinginannya sendiri dan pasti akan lupa dengan janji-janjinya , lupa dengan shalat nya , lupa dengan ngajinya . Dan bisa saja lama-kelamaan akan berdampak dengan mu juga .
5 tahun mu memang untuk pembelajaran dan untuk sekedar pacaran , tapi tidak untuk membangun sebuah rumah tangga . jadi kamu tidak boleh bersamanya lagi “
Setelah itu datanglah Ayah Vina , yang sedari tadi mendengarkannya . Ayah Vina lalu mendekati Vina dan member Ceramah kepada Vina tentang calon suami yang baik .
VIna yang sudah tidak tahu lagi berbuat apa-apa hanya bisa tertunduk dan Diam mendengar kata-kata Ayahnya . Perasaannya bercampur aduk antara Marah,kesal , penat ,dan sedih . VIna ingin sekali menemui Evan secepat mungkin .

------------------------------

Evan pun melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Vina di tempat dan waktu yang  berbeda  .
Dia menjelaskan kepada Ibunya sama seperti halnya Vina tadi , menjelaskan bagaimana awalnya hingga bagaimana perasaannya kepada Vina dan langkah-langkah kedepannya .  Tapi hasil yang didapat Evan pun tak jauh berbeda dari apa yang didapat oleh Vina .  Ibunya terus menolak dan menolak . Kali ini perdebatan Evan berlangsung lebih lama daripada perdebatan Vina tadi . Evan terus ber argument dan mempertahankan argument nya itu . Hingga datanglah Ayah Evan dengan gaya santai khasnya coba untuk menjadi penengah di tengah perdebatan itu . Evan pun terus memperjuangkan cintanya tersebut .
“jika aku harus berpindah agama karena syarat dari sebuah pernikahan , maka aku akan melakukanynya . tapi tidak untuk menjalankannya , hanya untuk ke-sah an sebuah pernikahan karena kepercayaan ku pun tetap . “  tambah Evan di tengah perdebatannya .
Dan Ayahnya lalu menjawabnya dengan nada tenang dan bijaksana bak seorang pahlawan .
 “ Kalau itu yang memang kamu inginkan dan kamu yakini , ya sudah lakukanlah . Ayah tidak bisa menghentikan perasaan yang ada dari dalam dirimu , bahkan sebuah peraturan pun tidak bisa menghalanginya “
Sontak kata-kata tersebut mengagetkan Mama Evan yang seakan tidak percaya kepada kata-kata Ayah Evan yang baru saja terucap .
Suasana Hening sejenak , Evan pun sudah berhenti dengan Argumennya , dan Ibu Evan makin tidak percaya . 
Kini giliran Ibu Evan yang masih belum menerima keputusan itu dan sedang berdebat dengan Ayah Evan . Evan pun berlalu dan tidak mendengarkan perdebatan antara ibu dan ayahnya itu , tapi yang pasti dalam hatinya sudah ada ‘titik terang’ dari keluarganya dan Dia ingin sesegera mungkin memberitahukannya kepada Vina .  

--------------------------------------

Evan Sadar masih banyak yang menjadi tantangannya sekarang , terutama adalah apakah keluarga Vina menerimanya dan menerima keluarganya , karena Evan tau Vina dan keluarganya adalah seorang muslim yang taat .
Malam Itu seperti biasa Evan telah berada di depan rumah Vina untuk menjemputnya  , seperti layaknya anak muda biasa yang ingin menikmati sabtu malam itu .
Beban Evan sudah sedikit berkurang sekarang karena statemen yang dikeluarkan Ayahnya tersebut , berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Vina .
Vina dengan buru-buru menghampiri Mobil Evan dan menyuruhnya untuk segera ‘bergerak’ dari depan rumahnya .
Di tengah perjalanan  Evan menceritakan segalanya kepada Vina  . Evan menceritakan segalanya dengan Nada yang sedikit gembira  ,  Namun berbanding terbalik dengan apa yang Vina rasakan . Vina pun menceritakan semuanya , segala hal yang sangat menyakitkan  baginya .
“ Gak bisa Van , meskipun kamu sudah diijinkan oleh orang tua mu , keluarga ku masih tetap tidak bisa menerimanya . Mereka tidak mau menerima latar belakang keluarga mu , mereka takut aku akan menjadi sepertimu . Mereka takut  kalau kamu hanya berpindah karena ingin menikahi ku . Mereka takut kalau setelah kamu menikahiku kamu akan kembali ke dirimu dan kepercayaan lamamu .”
Itulah yang Vina ungkapkan dalam perjalananya di dalam mobil itu . Evan pun hanya bisa terdiam mendengar kata-kata pacarnya tersebut .

3 Hari setelah itu , Evan datang ke rumah Vina untuk membicarakan semuanya dengan Ibu dan keluarga Vina . Evan tahu , tidak banyak yang bisa dia lakukan . Tapi dia hanya berusaha untuk mencoba .
Bertemu lah Evan dengan kedua orang tua Vina  , dia menjelaskan secara detail dan sangat detail tentang alasan selama ini berbohong , tentang alasannya untuk terus menjalin hubungan dengan Vina , tentang ‘lampu hijau’ yang sudah diberikan keluarganya . Tapi semua sia-sia saja , yang Evan dengar hanya “tetap tidak bisa “ , “Berpisahlah” , “ Berhentilah berhubungan” .
Evan mencoba mengulanginya sekali lagi , untuk bertemu keluarga Vina dan menjelaskan sekali lagi , hingga tak jarang perdebatan sengit terjadi . Tapi lagi-lagi , Keluarga Vina tetap tidak mau menerimanya .
Akhirnya Evan pun menyerah , kini tidak ada lagi harapan yang tersisa .  Sepasang kekasih itupun kini telah berpikir tentang sesuatu , sesuatu itu bukan pernikahan bahagia , tetapi  perpisahan yang menyakitkan .

--------------------------------------------------------

Siang itu di sebuah Taman kota , Sepasang kekasih  sedang duduk dengan mesranya . tangan mereka saling menggenggam lembut bagaikan Remaja yang sedang kasmaran . Tapi kini tak terdengar lagi tawa-tawa khas yang keluar dari mulut mereka . Mereka hanya diam , Mata mereka saling menatap . Tak tampak raut kebahagiaan , hanya air mata yang jatuh membasahi . Itulah terakhir kalinya Vina akan melihat Evan .Itulah terakhir kalinya Vina akan menggenggam tangan Evan . itulah terakhir kalinya Vina bisa memeluk Evan . Sepasang kekasih itu sebentar lagi akan berpisah . Berpisah karena adanya ‘tembok besar’ yang menghalangi hati mereka . ‘tembok’ itu sangat kokoh , bahkan kekuatan Cinta yang mereka bangun selama 5 tahun tak cukup kuat untuk merobohkannya .  Disitulah mereka untuk terakhir kalinya bertemu dengan cinta .
“ Selamat tinggal “ selamat tinggal” dan “Selamat tinggal “

--------------------------------------------------------

Komentar

Postingan Populer