Sang Tanah,Rumput,dan Sumber air



Kamu adalah rumput hijau yang tumbuh di tengah-tengah tanah kering.
Tanah kering yang telah rapuh,berdebu dan berbatu.
Tanah kering yang retak dan terluka karena sang hujan yang pergi entah kemana

Sang tanah membenci matahari yang tak henti-hentinya menyiksa dirinya.
Baginya,menatap matahari adalah hal paling menakutkan dalam hidupnya.
Sang tanah mulai merindukan hujan,menatap ke langit yang begitu terik.’ah tidak’,ungkapnya. Sang hujan telah pergi bersama yang lain,bersama kehidupan lainnya.Dia telah bahagia!!

Sang tanah kembali menatap rumput hijau.
Rumput itu sendiri,kesepian.
Rumput itu sebatang kara,meliuk-liuk terkena angin yang berhembus.
Tapi si rumput senang sendiri,ia senang menemani si tanah yang terluka,ia senang memberi warna kepada tanah yang tandus itu,setidaknya sampai si tanah kembali hijau.
Sang tanah sedikit tersenyum.Ia melihat ada secercah harapan dari kehadiran rumput hijau.
Sang tanah memeluk rumput hijau,memeluk erat seakan tak ingin lepas.
Ia tak sendiri lagi menghadapi teriknya matahari yang terkutuk itu.
Kesendirian rumput tak berlangsung lama.Ternyata ada sumber air yang datang entah darimana.
Air itu begitu biru,memberi warna tersendiri bagi tanah yang tandus.
Sang tanah kembali tersenyum,dirinya kembali berwarna! Dirinya tak lagi kering dan tandus.
Sang air telah memberinya kehidupan....
Sang air begitu tenang,dingin dan menyejukkan.
Ia memeluk tanah itu erat,seperti menemukan tempat peraduannya selama ini.
Sang air begitu nyaman bersama tanah,tanah yang berangsur-angsur subur karenanya dan sang rumput.
Namun rumput telah nyaman berdua dengan tanah.
Kedatangan air tak membuatnya nyaman
Sang rumput hanya memandang air dari jauh,ia tak bisa bertemu langsung.
Tanah itu kini menjadi hijau di satu sisi dan biru di sisi yang lain.
Sang air juga membenci matahari.Matahari yang akan membuatnya menguap dan pergi dari sang tanah yang telah membuatnya nyaman.
Sang air tak ingin pergi,ia merindukan hujan yang akan membuatnya tetap bertahan di situ.Tapi sang hujan telah pergi entah kemana.
Sang tanah yang tak bisa memilih antara air dan rumput mulai terlihat sendu.
Sendu yang menghantui ketika rumput mulai kering.
Kering karena matahari yang membakarnya.
Hijaunya rumput kini mulai memudar,Sang tanah menangis!
Sang rumput merindukan hujan,tapi hujan tak datang.
Sang tanah kembali mulai tandus dan kering,ia merindukan hujan,hujan pun tak datang.
Sang tanah terus memeluk rumput,dan ingin memeluk air yang sebentar lagi juga pudar.
Tapi sang air hilang! Hilang entah kemana!
Sang air lenyap entah kemana!
Tidak!!sang air telah pergi,ia memilih meninggalkan rumput dan tanah berdua seperti dulu.
Tapi kemana perginya sang air? Sang air pergi memeluk matahari!!
Sang air memilih memeluk hal yang paling dia benci,matahari.
Untuk apa ?
Untuk hujan!
Sang air telah menguap dan menjadi butiran mega,yang kemudian akan menetaskan butiran-butiran airnya menghujani tanah dan rumput yang tandus itu.
Sang rumput kembali hijau,dan sang tanah kembali subur,berkat sumber air yang mencintai tanah dengan memeluk kesakitan dan akhirnya memberi kehidupan~

-Sandi

Komentar

Postingan Populer